Selasa, 24 Desember 2013

PESAN TERAKHIR UNTUK GUGUN



Di bawah terumbu yang sunyi hiduplah gurita merah bernama Gugun, Gugun yatim piatu, ayahnya mati tertangkap oleh pemburu, ayah gugun sebelum mati pernah berpesan kepadanya.
“Gugun jika kamu ingin diterima oleh teman-temanmu dalam keadaan apapun, jadilah orang yang jujur dan jangan jadi benalu”
Gugun mendengarnya dengan seksama, semenjak itu ia mempunyai tekad akan menjalankan pesan terakhir ayahnya dengan baik-baik.
Gurita merah mendiami daerah terumbu perairan dangkal bawah laut yang bening airnya, matahari akan masuk kedalam kisi-kisi terumbu, juga ketika malam cahaya bulan akan memantul ke dasar laut, itulah kenapa banyak pemburu, penyelam yang suka datang.
Ada berpuluh-puluh keluarga di situ, kuda laut, ikan teri, bintang laut juga bertetangga di daerah itu, Ayah Gugun sebelum mati adalah kepala yang menguasai kawasan tersebut, semua penghuni mengenal baik akan keberaniannya, ketika ada pemburu yang datang bermaksud akan merusak ekosistem terumbu, atau akan merusak rumah mereka, mengancam nyawa mereka maka dialah yang paling gagah di barisan terdepan mengusir pemburu.
Itulah alasan kenapa kematiannya di tangisi, semua spesies di kawasan itu berkabung, mereka berfikir keras kira-kira siapa yang pantas untuk menggantikannnya, kuda laut mengumpulkan semua penghuni kawasan terumbu, ia akan memilih siapa yang pantas untuk di jadikan pemimpin mereka.
Kuda laut sambil terseok-seok berdiri diantara mereka yang berkumpul.
“inilah saatnya kita menentukan siapa yang berhak memimpin kita, semua berhak mengajukan calon” ucapnya dengan pelan.
Semua hening.
“baiklah saya mengawali, menurut saya, yang berhak meneruskan tampuk kepemimpinan adalah yang mempunyai garis keturunan dengan pemimpin sebelumnya teman-teman.”
Semua mata tertuju pada Gugun, dan Gugun diam saja.
Gurita raksasa yang dari tadi diam tiba-tiba merangsek kedepan,
“saya tidak setuju kawan, Gugun masih terlalu kecil untuk mengemban sebagai seorang pemimpin kita,”
 “alangkah betulnya perkataan saudara gurita raksasa kawan, saya masih terlalu kicil untuk memimpin kalian, jangan jadikan saya pemimpin kalian!” Gugun menyela dengan sopan.
Semua terdiam. Tak ada keputusan yang bisa di ambil saat itu, semua tak bisa memberikan solusi yang cermat. Kura-kura yang terdiam sejak tadi akhirnya angkat bicara,
“begini usul saya kawan-kawan, bagaimana kalau untuk sementara sekedar mengisi kekosongan kepemimpinan saya usulkan saja bagaimana kalau sementara dipimpin Gugun. Sampai ada pertemuan berikutnya dan ada calon yang tepat memimpin kita. Apakah kalian setuju kawan-kawan?”
“Setujuuu…” semuanya kompak.
Gurita raksasa tak bisa berkata apa-apa karena semua telah menyetujui, hanya gurita raksasa yang cemberut seperti tidak menerima keputusan, dalam hatinya menyimpan dendam, amarah, dan ia seperti merancanakan siasat busuk untuk Gugun.
***
Minggu pertama semenjak kepemimpinan Gugun semua tampak damai, namun disuatu malam gangguan itupun datang, pemburu datang membawa tombak. Gugun yang mengetahui hal itu segera menghadang dengan sigap, dan mulai mengeluarkan racun-racun untuk mengusir mereka, mereka yang berjumlah empat orangpun lari tunggang langgang.
Para spesies yang melihat keberanian Gugun mulai yakin, Gugun  adalah titisan ayahnya, kegagahannya, wibawanya, keberaniannya benar-benar mirip ayahnya, hanya saja tubuhnya yang kecil membuat penghuni kawasan terumbu karang kadang menjadi sangsi.
Diam-diam gurita raksasa mulai dengki, sampai hampir berakhir minggu kedua, tak tampak pemburu datang, para penghuni terumbu mulai mengelu-elukan Gugun, ada sebagian yang mulai menyebutnya sebagai pahlawan baru kawasan terumbu karang, gurita raksasa menyimpan dendam, dia mulai merancang taktik agar nanti ketika pemburu datang dia masuk jebakan.
Hari mulai senja, tiba-tiba datang pemburu dengan membawa pasukan dengan jumlah yang lebih banyak. Gugun  mulai mengabarkan pada para penghuni terumbu karang untuk sembunyi di rumah-rumah,
“ada pemburu, ada pemburu, sembunyi, sembunyi…” teriak Gugun sambil berlari mengelilingi kawasan.
“Jika lama saya tak kembali tolong kirim bantuan” pesannya pada gurita raksasa sambil berlari kearah pemburu..
Gugun mulai menghadapinya di barisan depan, pertempuran berlangsung sengit, jumlahnyapun tidak seimbang, Gugun  kecil melawan sepuluh pemburu. Dia mulai kewalahan, sedang bantuan tak kunjung datang.
“sreeekk…” tangan Gugun terkena sabetan tombak, tapi ia pantang menyerah, sekalipun tubuhnya lunglai kehabisan cairan, ia terus melawan.
“Serrrrrrrrrrr…..” darah mengucur lagi dari tubuhnya, kali ini lukanya lebih dalam.
Sebelum mata tombak mengenai tubuhnya, ia segera melarikan diri, bersembunyi diterumbu, matanya masih terasa perih, lukanya tak seberapa dibanding dengan pengkhianatan yang telah dilakukan oleh gurita raksasa.
Gugun terjepit dan pemburu mulai merusak persembunyian Gugun, ia terus berdoa agar dikirim bantuan, ketika keadaan tengah genting tiba-tiba muncul sekelompok anak hiu, mereka mengusir para pemburu dengan gagah, Gugun bersyukur ia terselamatkan.
Iapun berterimakasih pada kawanan hiu itu.
“kalau tidak ada kalian saya tak bisa membayangkan bagaimana nasib saya kawan,” ucapnya dengan menahan sakit.
“Ah, anggap saja ini balas budi kami pada kalian, dulu kami juga pernah di tolong oleh ayahmu” 
Kemudian mereka tampak berpelukan.
“Bagaimana kau tahu aku sedang bahaya kawan?”
“Tadi kami melihat gurita raksasa membawa rombongan kearah selatan, aku pikir ada yang tak beres, ah, ternyata benar saja” kami langsung mengusir para pemburu itu” ucap salah satu anak hiu dengan senyuman.
Semenjak itu kawasan terumbu karang dilindungi oleh sekawanan anak-anak hiu.

***
Di suatu pagi, munculah beberapa gurita dan teman-temannya dengan tubuh compang-camping penuh luka.
Gugun langsung menolongnya dengan sigap,
“maafkan kami Gugun, kami telah di ajak gurita raksasa untuk pergi meninggalkanmu” ucap salah satu rombongan.
“Sudahlah lupakan itu, keadaaan sekarang sudah aman, cepatlah kembali benahi rumah kalian yang telah dirusak oleh pemburu, jika sudah membaik cepatlah benahi rumah kalian yang telah rusak” ucapnya dengan sopan.
“ Terimakasih gurita merah kami tak akan melupakan jasamu…”
Lalu tak beberapa lama datanglah gurita raksasa dengan tubuh hampir roboh dan penuh luka. Gurita dengan sigap langsung mengobati lukanya, membopong kerumahnya.
“Terimakasih kawan, kau memang pantas menjadi pemimpin kami.” Ucap gurita raksasa penuh sesal.
“Jangan pikirkan itu kawan, kesehatanmu lebih penting, kalau engkau berkenan tinggallah dirumahku sampai lukamu sembuh” ucap Gugun mengakhiri.
Gurita raksasapun tersenyum dan keduanya berpelukan.
“Kenapa kau tak dendam padaku yang sudah berniat mencelakakanmu?” Tanya gurita raksasa hati-hati.
“Aku cuma sedang menjalankan pesan ayahku, kawan” jawab Gugun dengan senyuman.
“Jadilah orang yang jujur, dan jangan jadi benalu”
Dan semenjak itu mereka beteman, gurita raksasa selalu menjaga keamanan kawasan semanjak itu.

Selesai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar